Cinta Bertepuk Sebelah Tangan - Mimpi memang tak selamanya menjadi kenyataan walaupun hidup itu berawal dari mimpi. Begitu pun halnya dengan cinta karena cinta tak selamanya harus memiliki. Ketika kita bahagia melihat orang yang kita cintai itu bahagia dan walau pun kita sendiri terluka, itulah arti cinta yang sesungguhnya.
Cinta memang tak dapat di pungkiri oleh semua orang, cinta datang tanpa kita sadari dan pergi sesuka hatinya. Cinta itu seperti bunga mawar, indah ketika kita memandangnya tapi tak jarang juga banyak orang yang akan merasakan sakit ketika terkena duri nya.
Baca juga:
Pagi ini terlihat begitu cerah, cahaya mentari yang terbit terlihat begitu ceria. Seakan-akan dia tersenyum kepadaku. Langit yang biru, udara yang sejuk dan pemandangan yang menyenangkan. Semua itu membuatku merasa senang.
Aku berjalan melewati pelosok-pelosok kampung ku untuk menuju ke sekolah yang kebetulan tak jauh diri rumahku. Langkah demi langkah ku lewati, liku demi liku ku lalui. Aku berjalan santai sambil melewati pemandangan yang ada disekitar ku. Ketika aku hampir memasuki pagar sekolah tiba-tiba aku menabrak seseorang.
“bruk…..!” Semua buku yang ada di tangan orang itu berjatuhan dan aku pun langsung membantunya dan kukembalikan semua bukunya.
“Ma……” Kata terputus yang terucap oleh ku dan dia pun langsung pergi meninggalkan ku. Sebelum aku mengucapkan kata maaf ku.
“Dia siapa ya? kayak nya aku belum pernah melihat dia di sekolah ini. Ahh… masa bodoh ngapain juga aku memikirkan dia” kata hatiku. Aku pun segera melanjutkan perjalananku menuju ke kelas ku.
“Pagi Aida” Teman-temanku menyapa ku.
“Pagi juga semua …” Balasku sambil tersenyum.
Tak lama kemudian bel sekolah pun berbunyi tanda masuk kelas dan kami pun segera belajar seperti biasanya. Ketika kami semua sedang menulis. tiba-tiba ”Anak-anak kita hari ini kedatangan anak baru, ibu harap kalian semua mau berteman baik sama dia" Kata guru kepada kami semua.
“Iya bu!” Jawab kami serentak.
Anak baru itu memasuki kelas ku dengan wajah tersenyum. “Ayo silahkan nak, perkenalkan dirimu kepada teman-teman” kata guru ku kepadanya.
Dia pun langsung memperkenalkan dirinya kepada kami semua. Tanpa basa-basi lagi segera guru ku menyuruh anak baru itu untuk duduk di kursi nya.
Sejak ia mulai memasuki kelas dan memperkenalkan dirinya, aku terus memperhatikannya dengan wajah penasaran. “Kayak nya aku pernah ketemu dia dech, tapi di mana ya?” Pertanyaan itu tiba-tiba terbesit di dalam pikiran ku.
Aku terus menatapnya dengan tujuan supaya aku bisa mengingat dimana aku pernah bertemu dia. Tak lama kemudian aku teringat sesuatu.
“Dia kan laki-laki yang tadi pagi aku tabrak, jadi dia anak baru di sekolah ini” Kataku dalam hati.
“teet…teet…teet…” Bel istirahat pun berbunyi. Kami semua bergegas-gegas menuju ke kantin.
“All… Kekantin yok!” Ajak Efri teman sebangku dengan ku.
“Iya!kamu duluan aja, entar aku nyusul kok” jawabku.
“Ohh… Yaudah, kami duluan ya?” Kata Efri.
“Iya” Jawabku sambil tersenyum.
Aku segera beranjak dari kursi ku, lalu aku mencoba untuk memberanikan diri menemui anak baru itu untuk meminta maaf.
“Kebetulan banget ni dia lagi sendiri” kataku dalam hati.
“Hai” sapa ku dengan manis dan ia hanya membalas dengan tersenyum.
“Eee… Aku boleh duduk disini ngak?” Tanyaku dengan malu-malu.
“Iya, boleh” Jawabnya singkat.
“Oh ya, tujuanku kesini tu sebenarnya aku mau minta maaf soal tadi pagi, kamu mau kan maafin aku?” kataku sambil tersenyum.
“Hah…. Maaf? maaf soal apa ya?” Tanyanya penasaran.
“Masak kamu lupa, kamu enggak ingat sama wajah aku, kan tadi pagi aku ngak sengaja nabrakin kamu dan tadi aku juga belum sempat minta maaf sama kamu” Jelasku kepadanya.
“Ohh… Soal itu, kamu enggak perlu minta maaf kok. Aku tau kamu tadi enggak sengaja dan lagi pula aku juga tidak menganggap itu sebuah kesalahan” jawabnya sambil tersenyum.
“Kamu baik banget sih, makasih ya!” jawabku. Dia hanya tersenyum kepadaku dan aku pun membalas senyumnya.
“Oh..Tuhan… Senyumnya manis banget, udah mukanya ganteng dan baik pula” Kataku dalam hati sambil tersenyum.
Sejak hari itu, aku jadi sering menghampirinya, makin hari kami makin terlihat akrab, kami sering duduk bareng bahkan hampir setiap ada waktu kami selalu bersama. Bagiku, kehadiran dia di kelas ku membuat aku semakin bersemangat untuk sekolah.
Pagi ini tidak sama seperti pagi biasanya, mentari yang setiap pagi terlihat ceria seakan tak mau menampakkan dirinya kepadaku. Langit yang biru seakan tak mau menyambut kehadiran ku. Aku ngak tau ada apa dengan hari ini.
Pada jam istirahat, aku tidak memilih untuk duduk di bawah pohon sambil memegang sebuah novel. Disitu aku tidak membaca novel yang ada di tanganku, tapi aku malah melamun dan memikirkan seseorang. "Mulya" Ya! Itulah namanya.
Tak tau kenapa, beberapa hari ini aku sering memikirkanya. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang membuat aku tersadar dari lamunan ku. Tiba-tiba ada seseorang yang menutup mataku dari arah belakangku. Aku mencium aroma wangi yang tak asing lagi bagiku. Ya! tebakan ku benar dia adalah orang yang sedang aku pikirkan.
“Ayo… lagi lamunin siapa?” Tanya sambil tersenyum.
“Ehh…Kamu! Aku enggak lamunin apa-apa kok” jawabku.
Tiba-tiba dia menatap mataku sambil memberi aku sebuah senyuman. Kelakuannya itu membuat aku salah tingkah, jantung ku juga berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, aku ngak tau, apa yang terjadi di diriku hari ini dengan perasaan ku yang tak biasanya seperti ini.
“Apakah aku jatuh cinta kepadanya? Oh tuhan iya aku jatuh cinta kepadanya, semoga iya juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan” Batinku berkata.
“hai… kenapa kamu menatap aku seperti itu?” Tanyaku malu-malu.
“Enggak kenapa-kenapa kok aku Cuma mau lihat mata kamu aja!” Jawaabnya sambil tersenyum.
“Oh ya… Ngomong-ngomong Aida pernah ngak ngerasain yang namanya jatuh cinta?” Tanyanya kepadaku.
“hah? aku! emang kenapa?” Jawabku sambil memegang leher ku.
“Enggak apa-apa, jadi gini Ai, aku sekarang lagi jatuh cinta sama cewek yang ada di kelas kita. Dia tu cantik banget baik pula, bagi Mulya dia itu adalah kriteria cewek Mulya banget. Mulya rencana mau nembak dia pas pulang entar” Dia menjelaskannya dengan serius kepadaku dan aku langsung tersenyum kepadanya, aku berharap banget kalau cewek yang dia maksud itu adalah aku.
“Eehh… Emang cewek itu siapa?” Aku mulai tersipu malu di hadapannya.
“Dia adalah Efri teman kamu itu, Aida setujukan?” Jawabnya dengan muka ceria.
Aku yang tadinya tersenyum, tiba-tiba aku terdiam kaku, jantung ku seakan berhenti seketika, harapan ku untuk memiliki dia kini telah hancur.
”Kenapa? di saat cinta ini mulai tumbuh kau malah menghancurkannya. Kenapa di saat aku mulai mencintaimu kau malah memilihnya. Kenapa bukan aku? kenapa haru dia. dia teman sebangku ku sendiri! kenapa?” Semua pertanyaan itu terbisit dipikiranku dan seketika air mata ini mulai berjatahan membasahi kedua pipiku.
“Kamu kenapa Ai? Kok kamu nangis?” Tanyanya mulai khawatir.
“Aku enggak apa-apa kok. Aku Cuma bahagia aja, mendengar berita itu!” Jawabku singkat.
“Kamu serius enggak apa-apa?” tanyanya lagi dan Aku hanya membalasnya dengan senyum.
“Oh ya Ai, Kamu pernah ngak jatuh cinta?” Katanya yang berusaha menghiburku.
“Pernah. Semua orang yang ada di dunia ini pasti pernah merasakan jatuh cinta. Tak kecuali aku. Tapi cinta aku sekarang hancur. Ternyata cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Cowok itu ternyata menyukai cewek yang jauh lebih cantik dari pada aku!” Jawabku seketika air mata ini membasahi kedua pipiku.
“Aida yang sabar ya. Mulya yakin pasti Aida mendapatkan cowok yang lebih baik dari dia. Suatu saat nanti dia pasti akan menyadari bahwa ada seseorang di belakangnya yang sangat mencintainya tapi tanpa sadar dia telah menyakitinya. Tapi Aida harus ingat kata-kata Mulya, Aida enggak boleh membencinya walau bagaimana pun ia pernah singgah di hati Aida dan pernah bikin Aida senang, jangan hanya karena satu kenyataan Aida melupakan seribu kesenangan yang pernah di berikan kepada Aida. Hidup itu indah pada waktunya Aida, cuma tinggal kita menunggu kapan waktunya. Buktikan pada Mulya kalau Aida adalah cewek yang kuat” Ujarnya dengan niat menyemangatiku.
Tapi kata-kata itu malah semakin membuat air mata ini menetes. "Kenapa? kenapa kau tak pernah mengerti kalau orang yang aku maksud itu adalah kamu. Kamu yang ada di depanku" kata hatiku.
Baca juga:
Sekarang aku hanya bisa menerima yang telah terjadi di diriku, menelan pahitnya sebuah kenyataan dan berusaha melupakanmu walau dengan terpaksa asalkan kau bisa bahagia dengannya aku pun ikut bahagia. Disini aku akan berusaha menghapus kesedihan ini dengan tersenyum.
Itulah ceritaku. Intinya jangan pernah berharap lebih pada cinta pandangan pertama karena akan menjadi rasa pahit di akhir dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Oleh: Aida Widyati
Cinta memang tak dapat di pungkiri oleh semua orang, cinta datang tanpa kita sadari dan pergi sesuka hatinya. Cinta itu seperti bunga mawar, indah ketika kita memandangnya tapi tak jarang juga banyak orang yang akan merasakan sakit ketika terkena duri nya.
Baca juga:
Pagi ini terlihat begitu cerah, cahaya mentari yang terbit terlihat begitu ceria. Seakan-akan dia tersenyum kepadaku. Langit yang biru, udara yang sejuk dan pemandangan yang menyenangkan. Semua itu membuatku merasa senang.
Aku berjalan melewati pelosok-pelosok kampung ku untuk menuju ke sekolah yang kebetulan tak jauh diri rumahku. Langkah demi langkah ku lewati, liku demi liku ku lalui. Aku berjalan santai sambil melewati pemandangan yang ada disekitar ku. Ketika aku hampir memasuki pagar sekolah tiba-tiba aku menabrak seseorang.
“bruk…..!” Semua buku yang ada di tangan orang itu berjatuhan dan aku pun langsung membantunya dan kukembalikan semua bukunya.
“Ma……” Kata terputus yang terucap oleh ku dan dia pun langsung pergi meninggalkan ku. Sebelum aku mengucapkan kata maaf ku.
“Dia siapa ya? kayak nya aku belum pernah melihat dia di sekolah ini. Ahh… masa bodoh ngapain juga aku memikirkan dia” kata hatiku. Aku pun segera melanjutkan perjalananku menuju ke kelas ku.
“Pagi Aida” Teman-temanku menyapa ku.
“Pagi juga semua …” Balasku sambil tersenyum.
Tak lama kemudian bel sekolah pun berbunyi tanda masuk kelas dan kami pun segera belajar seperti biasanya. Ketika kami semua sedang menulis. tiba-tiba ”Anak-anak kita hari ini kedatangan anak baru, ibu harap kalian semua mau berteman baik sama dia" Kata guru kepada kami semua.
“Iya bu!” Jawab kami serentak.
Anak baru itu memasuki kelas ku dengan wajah tersenyum. “Ayo silahkan nak, perkenalkan dirimu kepada teman-teman” kata guru ku kepadanya.
Dia pun langsung memperkenalkan dirinya kepada kami semua. Tanpa basa-basi lagi segera guru ku menyuruh anak baru itu untuk duduk di kursi nya.
Sejak ia mulai memasuki kelas dan memperkenalkan dirinya, aku terus memperhatikannya dengan wajah penasaran. “Kayak nya aku pernah ketemu dia dech, tapi di mana ya?” Pertanyaan itu tiba-tiba terbesit di dalam pikiran ku.
Aku terus menatapnya dengan tujuan supaya aku bisa mengingat dimana aku pernah bertemu dia. Tak lama kemudian aku teringat sesuatu.
“Dia kan laki-laki yang tadi pagi aku tabrak, jadi dia anak baru di sekolah ini” Kataku dalam hati.
“teet…teet…teet…” Bel istirahat pun berbunyi. Kami semua bergegas-gegas menuju ke kantin.
“All… Kekantin yok!” Ajak Efri teman sebangku dengan ku.
“Iya!kamu duluan aja, entar aku nyusul kok” jawabku.
“Ohh… Yaudah, kami duluan ya?” Kata Efri.
“Iya” Jawabku sambil tersenyum.
Aku segera beranjak dari kursi ku, lalu aku mencoba untuk memberanikan diri menemui anak baru itu untuk meminta maaf.
“Kebetulan banget ni dia lagi sendiri” kataku dalam hati.
“Hai” sapa ku dengan manis dan ia hanya membalas dengan tersenyum.
“Eee… Aku boleh duduk disini ngak?” Tanyaku dengan malu-malu.
“Iya, boleh” Jawabnya singkat.
“Oh ya, tujuanku kesini tu sebenarnya aku mau minta maaf soal tadi pagi, kamu mau kan maafin aku?” kataku sambil tersenyum.
“Hah…. Maaf? maaf soal apa ya?” Tanyanya penasaran.
“Masak kamu lupa, kamu enggak ingat sama wajah aku, kan tadi pagi aku ngak sengaja nabrakin kamu dan tadi aku juga belum sempat minta maaf sama kamu” Jelasku kepadanya.
“Ohh… Soal itu, kamu enggak perlu minta maaf kok. Aku tau kamu tadi enggak sengaja dan lagi pula aku juga tidak menganggap itu sebuah kesalahan” jawabnya sambil tersenyum.
“Kamu baik banget sih, makasih ya!” jawabku. Dia hanya tersenyum kepadaku dan aku pun membalas senyumnya.
“Oh..Tuhan… Senyumnya manis banget, udah mukanya ganteng dan baik pula” Kataku dalam hati sambil tersenyum.
Sejak hari itu, aku jadi sering menghampirinya, makin hari kami makin terlihat akrab, kami sering duduk bareng bahkan hampir setiap ada waktu kami selalu bersama. Bagiku, kehadiran dia di kelas ku membuat aku semakin bersemangat untuk sekolah.
Pagi ini tidak sama seperti pagi biasanya, mentari yang setiap pagi terlihat ceria seakan tak mau menampakkan dirinya kepadaku. Langit yang biru seakan tak mau menyambut kehadiran ku. Aku ngak tau ada apa dengan hari ini.
Pada jam istirahat, aku tidak memilih untuk duduk di bawah pohon sambil memegang sebuah novel. Disitu aku tidak membaca novel yang ada di tanganku, tapi aku malah melamun dan memikirkan seseorang. "Mulya" Ya! Itulah namanya.
Tak tau kenapa, beberapa hari ini aku sering memikirkanya. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang membuat aku tersadar dari lamunan ku. Tiba-tiba ada seseorang yang menutup mataku dari arah belakangku. Aku mencium aroma wangi yang tak asing lagi bagiku. Ya! tebakan ku benar dia adalah orang yang sedang aku pikirkan.
“Ayo… lagi lamunin siapa?” Tanya sambil tersenyum.
“Ehh…Kamu! Aku enggak lamunin apa-apa kok” jawabku.
Tiba-tiba dia menatap mataku sambil memberi aku sebuah senyuman. Kelakuannya itu membuat aku salah tingkah, jantung ku juga berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, aku ngak tau, apa yang terjadi di diriku hari ini dengan perasaan ku yang tak biasanya seperti ini.
“Apakah aku jatuh cinta kepadanya? Oh tuhan iya aku jatuh cinta kepadanya, semoga iya juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan” Batinku berkata.
“hai… kenapa kamu menatap aku seperti itu?” Tanyaku malu-malu.
“Enggak kenapa-kenapa kok aku Cuma mau lihat mata kamu aja!” Jawaabnya sambil tersenyum.
“Oh ya… Ngomong-ngomong Aida pernah ngak ngerasain yang namanya jatuh cinta?” Tanyanya kepadaku.
“hah? aku! emang kenapa?” Jawabku sambil memegang leher ku.
“Enggak apa-apa, jadi gini Ai, aku sekarang lagi jatuh cinta sama cewek yang ada di kelas kita. Dia tu cantik banget baik pula, bagi Mulya dia itu adalah kriteria cewek Mulya banget. Mulya rencana mau nembak dia pas pulang entar” Dia menjelaskannya dengan serius kepadaku dan aku langsung tersenyum kepadanya, aku berharap banget kalau cewek yang dia maksud itu adalah aku.
“Eehh… Emang cewek itu siapa?” Aku mulai tersipu malu di hadapannya.
“Dia adalah Efri teman kamu itu, Aida setujukan?” Jawabnya dengan muka ceria.
Aku yang tadinya tersenyum, tiba-tiba aku terdiam kaku, jantung ku seakan berhenti seketika, harapan ku untuk memiliki dia kini telah hancur.
”Kenapa? di saat cinta ini mulai tumbuh kau malah menghancurkannya. Kenapa di saat aku mulai mencintaimu kau malah memilihnya. Kenapa bukan aku? kenapa haru dia. dia teman sebangku ku sendiri! kenapa?” Semua pertanyaan itu terbisit dipikiranku dan seketika air mata ini mulai berjatahan membasahi kedua pipiku.
“Kamu kenapa Ai? Kok kamu nangis?” Tanyanya mulai khawatir.
“Aku enggak apa-apa kok. Aku Cuma bahagia aja, mendengar berita itu!” Jawabku singkat.
“Kamu serius enggak apa-apa?” tanyanya lagi dan Aku hanya membalasnya dengan senyum.
“Oh ya Ai, Kamu pernah ngak jatuh cinta?” Katanya yang berusaha menghiburku.
“Pernah. Semua orang yang ada di dunia ini pasti pernah merasakan jatuh cinta. Tak kecuali aku. Tapi cinta aku sekarang hancur. Ternyata cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Cowok itu ternyata menyukai cewek yang jauh lebih cantik dari pada aku!” Jawabku seketika air mata ini membasahi kedua pipiku.
“Aida yang sabar ya. Mulya yakin pasti Aida mendapatkan cowok yang lebih baik dari dia. Suatu saat nanti dia pasti akan menyadari bahwa ada seseorang di belakangnya yang sangat mencintainya tapi tanpa sadar dia telah menyakitinya. Tapi Aida harus ingat kata-kata Mulya, Aida enggak boleh membencinya walau bagaimana pun ia pernah singgah di hati Aida dan pernah bikin Aida senang, jangan hanya karena satu kenyataan Aida melupakan seribu kesenangan yang pernah di berikan kepada Aida. Hidup itu indah pada waktunya Aida, cuma tinggal kita menunggu kapan waktunya. Buktikan pada Mulya kalau Aida adalah cewek yang kuat” Ujarnya dengan niat menyemangatiku.
Tapi kata-kata itu malah semakin membuat air mata ini menetes. "Kenapa? kenapa kau tak pernah mengerti kalau orang yang aku maksud itu adalah kamu. Kamu yang ada di depanku" kata hatiku.
Baca juga:
Sekarang aku hanya bisa menerima yang telah terjadi di diriku, menelan pahitnya sebuah kenyataan dan berusaha melupakanmu walau dengan terpaksa asalkan kau bisa bahagia dengannya aku pun ikut bahagia. Disini aku akan berusaha menghapus kesedihan ini dengan tersenyum.
Itulah ceritaku. Intinya jangan pernah berharap lebih pada cinta pandangan pertama karena akan menjadi rasa pahit di akhir dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Oleh: Aida Widyati